Kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi tiga tingkatan: primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal adalah dasar yang harus dipenuhi untuk bertahan hidup. Kebutuhan sekunder meliputi hal-hal yang mendukung kenyamanan hidup, seperti pendidikan dan transportasi. Namun, setelah kedua tingkatan kebutuhan ini terpenuhi, manusia sering kali mulai mencari kepuasan dari kebutuhan tersier.
Kebutuhan tersier, juga dikenal sebagai kebutuhan mewah, adalah hal-hal yang melampaui kebutuhan dasar, dan sering kali terkait dengan gaya hidup, prestise, dan status sosial. Walaupun tidak esensial untuk bertahan hidup, kebutuhan tersier memainkan peran penting dalam kehidupan modern, terutama dengan meningkatnya pengaruh media dan perkembangan ekonomi.
Melalui artikel ini, Anda akan memahami lebih dalam tentang kebutuhan tersier, bagaimana perbedaannya dengan kebutuhan primer dan sekunder, serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Selain itu, akan dibahas cara mengelola kebutuhan tersier secara bijak agar tidak menjadi beban yang merugikan.
Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang muncul setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi. Jika kebutuhan primer diperlukan untuk bertahan hidup dan kebutuhan sekunder untuk meningkatkan kenyamanan, kebutuhan tersier lebih bersifat tambahan dan sering kali dipenuhi untuk kesenangan pribadi atau meningkatkan status sosial.
Dalam kehidupan modern, kebutuhan tersier dapat berupa barang-barang mewah seperti gadget terbaru, mobil mahal, liburan ke luar negeri, hingga hobi yang membutuhkan banyak biaya seperti mengoleksi barang-barang antik.
Perbedaan utama antara kebutuhan primer, sekunder, dan tersier adalah urgensinya. Kebutuhan primer mutlak harus dipenuhi agar manusia bisa bertahan hidup, sementara kebutuhan sekunder dan tersier lebih fleksibel dan sering kali bergantung pada kondisi ekonomi serta status sosial seseorang.
Memahami kebutuhan tersier menjadi penting dalam kehidupan sehari-hari karena kebutuhan ini tidak hanya berfungsi sebagai simbol status sosial, tetapi juga dapat menjadi bagian dari motivasi pribadi untuk mencapai kesuksesan atau kepuasan diri. Kebutuhan tersier sering kali memberikan seseorang rasa pencapaian atau kebanggaan, terutama jika berhasil memenuhi barang atau layanan mewah yang diinginkan.
Dalam dunia bisnis, memahami kebutuhan tersier membantu perusahaan menentukan strategi pemasaran. Banyak brand mewah, seperti perusahaan teknologi atau fashion high-end, memanfaatkan kebutuhan tersier konsumen untuk mempromosikan produk mereka. Selain itu, dari perspektif psikologi, kebutuhan tersier berkaitan dengan kepuasan emosional dan harga diri seseorang.
Namun, terlalu mengejar kebutuhan tersier tanpa perencanaan yang baik bisa berujung pada masalah keuangan, stres, dan ketidakpuasan. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara mengelola kebutuhan tersier dengan bijak.
Menurut para ahli, kebutuhan tersier bisa dilihat sebagai bentuk aktualisasi diri. Abraham Maslow, seorang psikolog terkenal, dalam teorinya tentang hierarki kebutuhan manusia, menempatkan aktualisasi diri sebagai puncak dari piramida kebutuhan. Aktualisasi diri ini sering kali diwujudkan melalui pencapaian barang-barang mewah, pengalaman eksklusif, atau gaya hidup yang menunjukkan keberhasilan seseorang.
Di sisi lain, David McClelland berpendapat bahwa banyak orang termotivasi oleh kebutuhan untuk prestasi, kekuasaan, dan afiliasi. Ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan tersier, seperti memiliki barang mewah atau mengikuti tren gaya hidup modern, sering kali merupakan manifestasi dari keinginan seseorang untuk diakui oleh lingkungannya.
Di era teknologi modern, memiliki gadget terbaru seperti smartphone, tablet, atau laptop adalah salah satu contoh kebutuhan tersier yang sering diinginkan banyak orang. Gadget ini tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi atau bekerja, tetapi juga sebagai simbol status.
Liburan mewah ke destinasi eksotis dengan fasilitas bintang lima merupakan salah satu bentuk kebutuhan tersier yang banyak dicari oleh individu dengan pendapatan tinggi. Selain memberikan pengalaman relaksasi, liburan mewah juga menjadi penanda keberhasilan finansial seseorang.
Beberapa hobi, seperti mengoleksi barang-barang antik, bermain golf, atau berlayar, memerlukan biaya yang besar. Orang-orang yang memiliki hobi ini sering kali melihatnya sebagai bagian dari gaya hidup yang prestisius.
Sering merasa kesulitan untuk mengontrol pengeuaran kebutuhan tersier? Pastikan Anda membaca lebih lanjut cara mengatasi kebiasaan ini melalui bacaan berikut: 7 Cara Mengatasi Gaya Hidup Boros Agar Tidak Terlilit Hutang.
Kebutuhan tersier memiliki keterkaitan erat dengan status sosial seseorang. Kepemilikan barang-barang mewah atau keterlibatan dalam aktivitas-aktivitas eksklusif sering kali menjadi tanda bahwa seseorang berada pada strata sosial yang lebih tinggi. Di banyak masyarakat, status sosial diukur dari barang-barang yang dimiliki, mulai dari mobil mewah, rumah besar, hingga gadget terbaru.
Meskipun kebutuhan tersier tidak secara langsung terkait dengan kelangsungan hidup, banyak orang merasa terdorong untuk memenuhinya demi mempertahankan citra atau reputasi sosial. Ini membuat kebutuhan tersier sering kali menjadi simbol keberhasilan atau kesuksesan dalam masyarakat modern.
Selain menjadi indikator status sosial, pemenuhan kebutuhan tersier juga terkait erat dengan kepuasan diri. Banyak orang merasa puas atau bahagia setelah berhasil membeli barang mewah atau menikmati pengalaman eksklusif yang mereka idamkan. Namun, penting untuk dicatat bahwa kepuasan dari pemenuhan kebutuhan tersier cenderung bersifat sementara.
Seseorang yang terlalu fokus pada kebutuhan tersier bisa mengalami ketidakpuasan jangka panjang jika tidak diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan emosional atau spiritual yang lebih mendalam. Oleh karena itu, meskipun penting untuk merasakan kepuasan dari pencapaian materi, seseorang perlu mempertimbangkan keseimbangan agar tidak terjebak dalam lingkaran konsumsi yang tidak berujung.
Faktor Internal (Psikologis)
Keinginan untuk diakui oleh lingkungan sosial adalah salah satu pendorong utama dari kebutuhan tersier. Banyak orang membeli barang mewah atau mengikuti tren terkini karena ingin mendapatkan pengakuan atau dianggap sebagai "sukses" oleh orang-orang di sekitarnya.
Gaya hidup yang sudah terbentuk juga memengaruhi kebutuhan tersier. Seseorang yang terbiasa hidup dalam kenyamanan dan kemewahan akan merasa kebutuhan tersiernya lebih tinggi daripada seseorang yang hidup dengan sederhana.
Kepribadian juga memengaruhi sejauh mana seseorang merasa membutuhkan barang-barang tersier. Orang dengan kepribadian yang berorientasi pada prestasi mungkin akan lebih cenderung mengejar kebutuhan tersier sebagai tanda keberhasilan.
Faktor Eksternal (Sosial dan Ekonomi)
Lingkungan sosial, terutama teman dan keluarga, memiliki pengaruh besar dalam menentukan kebutuhan tersier seseorang. Jika seseorang berada di lingkungan yang menghargai barang mewah dan gaya hidup glamor, mereka lebih cenderung mengikuti pola tersebut.
Pendapatan individu juga mempengaruhi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersier. Orang dengan pendapatan lebih tinggi cenderung lebih mampu memuaskan kebutuhan tersier dibandingkan dengan mereka yang memiliki pendapatan lebih rendah.
Media memainkan peran penting dalam membentuk persepsi publik tentang kebutuhan tersier. Iklan dan kampanye pemasaran yang menampilkan produk mewah seringkali mendorong orang untuk menginginkan barang-barang tersebut, meskipun mereka mungkin sebenarnya tidak membutuhkannya.
Langkah pertama dalam mengelola kebutuhan tersier adalah memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Tidak semua yang diinginkan benar-benar dibutuhkan. Memahami prioritas ini akan membantu kita membuat keputusan keuangan yang lebih baik.
Buatlah daftar prioritas untuk kebutuhan tersier. Pertimbangkan apa yang benar-benar Anda inginkan dan apa yang bisa ditunda atau bahkan dihindari sama sekali.
Pastikan untuk menyisihkan anggaran yang realistis untuk kebutuhan tersier. Jangan sampai kebutuhan tersier mengorbankan kebutuhan primer dan sekunder yang lebih penting.
Sering kesulitan menyusun anggaran keuangan? Anda bisa memanfaatkan aplikasi kelola keuangan pribadi FINETIKS yang lengkap dengan teknologi AI. Unduh sekarang melaui App Store dan Google Play secara GRATIS!
Jika Anda ingin memenuhi kebutuhan tersier tanpa mengeluarkan terlalu banyak biaya, carilah alternatif yang lebih terjangkau. Misalnya, alih-alih membeli gadget terbaru, Anda bisa mencari model dengan harga lebih murah namun tetap berkualitas.
Kepuasan diri tidak hanya berasal dari pemenuhan kebutuhan materi. Fokus pada pengembangan diri, hubungan sosial yang sehat, dan pencapaian non-material juga dapat memberikan kepuasan yang lebih mendalam.
Kebutuhan tersier memang tidak esensial untuk bertahan hidup, tetapi perannya dalam kehidupan modern tidak bisa diabaikan. Pemenuhan kebutuhan tersier sering kali berfungsi sebagai simbol status sosial dan alat untuk mencapai kepuasan diri. Namun, penting untuk mengelola kebutuhan tersier dengan bijak, agar tidak menjadi beban yang justru mengganggu kesejahteraan finansial dan emosional.
Dengan memahami perbedaan antara kebutuhan primer, sekunder, dan tersier, serta mempraktikkan manajemen keuangan yang baik, diharapkan dapat mencapai keseimbangan hidup yang lebih harmonis. Keseimbangan ini akan membantu dalam menikmati kemewahan tanpa mengorbankan kebutuhan yang lebih mendasar.