Investasi saham itu peluang cuan yang menarik, tapi juga punya risiko yang nggak bisa diabaikan. Apalagi buat kamu yang baru mulai, penting banget ngerti cara memilih saham untuk pemula agar tidak rugi. Salah langkah, bisa-bisa uang kamu malah menguap. Nah, artikel ini akan bantu kamu memahami langkah-langkah praktis dan strategi dasar agar kamu bisa lebih percaya diri saat mulai investasi saham.
Sebelum kita bahas caranya, kenali dulu kesalahan umum biar kamu bisa menghindarinya:
investasi saham memang menjanjikan keuntungan besar, tapi juga punya risiko. Nah, supaya kamu nggak asal beli dan malah buntung, ada beberapa hal penting yang perlu kamu pahami dulu. Artikel ini bakal bantu kamu memilih saham dengan bijak, terutama buat kamu yang masih pemula.
Sebelum beli saham, penting banget buat tanya ke diri sendiri: “Kenapa sih aku mau investasi saham?” Jawaban dari pertanyaan ini akan jadi fondasi strategi investasi kamu. Coba pikirkan:
Menentukan tujuan akan bantu kamu memilih jenis saham yang sesuai (agresif atau stabil), menentukan alokasi modal, dan mengatur ekspektasi hasil. Misalnya, kalau kamu butuh uang dalam waktu dekat, maka investasi di saham berisiko tinggi jelas bukan pilihan tepat.
Buat pemula, langkah paling aman adalah mulai dari saham blue chip. Ini adalah saham dari perusahaan besar, mapan, dan punya reputasi baik di pasar. Contohnya seperti BCA, BRI, Telkom, Unilever, Indofood, dan sejenisnya. Kenapa saham blue chip cocok untuk pemula?
Dengan memilih blue chip, kamu punya fondasi yang kuat sebelum mencoba saham yang lebih menantang.
investasi saham bukan soal ikut-ikutan. Kamu harus tahu apa yang kamu beli. Salah satu cara memilih saham bagus adalah dengan melihat fundamental perusahaan. Hal-hal penting yang bisa kamu pelajari antara lain:
Biar nggak bingung, kamu bisa pakai rasio keuangan sederhana seperti:
“Jangan taruh semua telur di satu keranjang.” Prinsip ini juga berlaku saat kamu investasi saham. Diversifikasi artinya menyebar uang kamu ke beberapa jenis saham dan sektor industri. Tujuannya biar kalau satu saham turun, kamu masih punya “pegangan” lain. Contoh sederhana:
Dengan begini, portofolio kamu jadi lebih tahan terhadap guncangan pasar dan kamu nggak panik kalau satu sektor lagi turun.
Pernah dengar istilah “saham gorengan”? Ini sebutan buat saham yang harganya naik-turun ekstrem dalam waktu singkat, biasanya karena spekulasi, rumor, atau permainan “bandar”. Ciri-ciri saham gorengan:
Buat pemula, hindari saham gorengan. Sekali kamu masuk, kamu bisa kehilangan uang dengan cepat. Mending main aman dulu sampai kamu benar-benar paham cara kerja pasar saham.
Memilih saham itu bukan tebak-tebakan atau sekadar ikut tren. Kamu perlu strategi, pengetahuan dasar, dan kebiasaan yang disiplin. Mulai dari menentukan tujuan, fokus ke saham blue chip, pelajari fundamental, diversifikasi portofolio, dan hindari saham gorengan.
Pertanyaan ini sering banget muncul, apalagi dari para pemula: “Kapan sih waktu yang tepat buat beli saham?” Jawaban sederhananya: saat kamu sudah siap dan ngerti risikonya. Tapi mari kita bahas lebih dalam biar kamu nggak cuma menunggu, tapi juga tahu kapan harus mulai action.
Waktu terbaik untuk beli saham bukan cuma soal pasar naik atau turun, tapi kesiapan dirimu sendiri:
Kalau semua jawaban “ya”, artinya kamu sudah punya pondasi yang kuat. Saham itu bukan jalan pintas buat cepat kaya, tapi alat bantu buat mencapai tujuan finansial jangka menengah hingga panjang.
Dalam dunia saham, istilah “koreksi” berarti harga saham sedang turun sementara karena pasar lagi rehat atau mengambil napas. Nah, momen koreksi ini sering jadi waktu ideal buat beli, karena kamu bisa dapetin harga yang lebih murah dari biasanya.
Tapi hati-hati, koreksi beda dengan penurunan karena fundamental perusahaan memburuk. Kalau perusahaan lagi rugi besar, ada kasus hukum, atau industri-nya mulai ditinggalkan, justru itu sinyal untuk waspada, bukan beli.
Valuasi itu ibarat harga sebenarnya dari sebuah saham. Salah satu indikator sederhana yang bisa kamu cek adalah PER (Price to Earnings Ratio).
Tapi jangan cuma lihat angka. Bandingkan PER saham tersebut dengan:
Kalau kamu nemu saham bagus dengan PER yang rendah, itu bisa jadi momen menarik untuk mulai beli.
Sentimen pasar itu penting. Kadang harga saham naik bukan karena laporan keuangan, tapi karena ada berita atau kejadian eksternal yang memengaruhi sektor tersebut. Contohnya:
Memahami sentimen ini bisa bantu kamu memilih momen masuk yang tepat, apalagi kalau kamu sudah punya watchlist saham yang kamu incar.
Banyak orang gagal mulai investasi karena terjebak nunggu waktu terbaik. Padahal kenyataannya, nggak ada momen yang benar-benar sempurna.
Pasar saham itu fluktuatif. Kalau kamu terus menunggu harga lebih turun atau lebih naik, kamu bisa kehilangan kesempatan buat belajar dan berkembang. Lebih baik mulai sekarang dari nominal kecil, sambil terus belajar. Contohnya:
Waktu terbaik untuk beli saham bukan soal timing pasar, tapi kesiapan kamu sebagai investor. Kamu bisa pertimbangkan momen teknikal seperti koreksi harga, valuasi murah, atau sentimen positif. Tapi yang paling penting adalah mulai dari sekarang, dengan strategi yang tepat dan disiplin belajar.
Kalau kamu butuh bantuan mencatat, memantau, dan merencanakan investasi, coba aja aplikasi keuangan seperti FINETIKS. Kamu bisa budgeting, pantau keuangan dan investasi kamu dari satu tempat. Download aplikasinya GRATIS di App Store dan Google Play sekarang!