apa itu saham dan bagaimana cara kerjanya

Apa Itu Saham dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Karin Hidayat
Karin Hidayat
April 24, 2025
Apa Itu Saham dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Buat kamu yang baru mulai tertarik investasi, saham mungkin terdengar seperti hal besar yang rumit. Padahal, kalau dijelaskan dengan bahasa yang simpel, saham itu sebenarnya nggak serumit itu kok. Nah, di artikel ini kamu bakal belajar apa itu saham dan bagaimana cara kerjanya, termasuk kenapa orang bisa cuan (atau rugi) dari saham.

Pengertian Saham: Beli Bagian dari Perusahaan

Saham adalah tanda kepemilikan seseorang terhadap sebuah perusahaan. Saat kamu beli saham, kamu sebenarnya sedang membeli “sebagian kecil” dari perusahaan tersebut.

Misalnya, kamu beli saham PT XYZ, maka kamu jadi salah satu pemilik (meskipun kecil banget) dari perusahaan itu. Kalau perusahaan untung, kamu juga berpotensi dapat bagian keuntungannya. Sederhananya:

  • Saham = surat berharga bukti kepemilikan
  • Bisa dibeli & dijual di pasar saham
  • Harganya bisa naik turun tergantung pasar

Bagaimana Cara Kerja Saham?

  1. Saham Diperdagangkan di Bursa Efek. Di Indonesia, saham diperjualbelikan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Kamu bisa beli saham perusahaan yang sudah go public alias melantai di bursa.
  2. Ada Harga Beli dan Harga Jual. Harga saham bisa berubah-ubah setiap hari, tergantung permintaan dan penawaran. Contoh: Kamu beli saham seharga Rp1.000 per lembar, beberapa minggu kemudian naik jadi Rp1.500, lalu kamu jual, maka kamu untung Rp500 per lembar.  Itulah yang disebut capital gain (keuntungan dari selisih harga jual dan beli).
  3. Saham Bisa Memberi Dividen. Selain dari jual-beli, kamu juga bisa dapat untung dari dividen, yaitu pembagian laba perusahaan ke pemegang saham. Nggak semua perusahaan kasih dividen tiap tahun. Biasanya perusahaan besar dan stabil lebih rajin bagi dividen.

Kenapa Banyak Orang Ingin Investasi Saham?

Investasi saham semakin populer, apalagi di kalangan anak muda. Banyak yang mulai tertarik karena saham dianggap sebagai cara “naik kelas” dalam hal pengelolaan keuangan. Tapi, apa sih sebenarnya yang bikin saham begitu menarik?

  1. Potensi cuan besar

Nggak bisa dipungkiri, salah satu alasan utama banyak orang ingin investasi saham adalah peluang keuntungannya yang tinggi. Imbal hasil saham bisa jauh lebih besar dibandingkan produk keuangan tradisional seperti tabungan atau deposito. Bahkan, beberapa saham tertentu bisa naik puluhan persen dalam waktu setahun. Tapi ingat, di balik potensi untung besar juga ada risiko yang harus dipahami.

  1. Likuiditas tinggi

Saham tergolong aset likuid, artinya, bisa kamu jual kapan pun selama pasar saham masih buka. Ini penting banget buat investor yang ingin fleksibilitas dan akses cepat terhadap dana. Dibandingkan properti yang butuh waktu lama untuk dijual, saham bisa dicairkan dalam hitungan menit lewat aplikasi sekuritas.

  1. Bisa dimulai dengan modal kecil

Kalau dulu investasi saham identik dengan orang kaya, sekarang udah nggak lagi. Kamu bisa beli saham mulai dari Rp100.000-an aja. Bahkan banyak platform sekarang yang memungkinkan pembelian saham secara fraksional, jadi kamu bisa punya sebagian kecil dari satu lot saham tanpa harus nunggu gaji gede dulu.

  1. Ikut memiliki perusahaan besar

Salah satu hal paling menarik dari saham adalah sensasi jadi “pemilik” perusahaan besar. Misalnya, kalau kamu punya saham BCA, Telkom, atau Unilever, secara nggak langsung kamu adalah bagian dari pemilik perusahaan tersebut. Meski cuma punya sebagian kecil, kamu tetap berhak atas pembagian dividen (kalau ada), dan bisa ikut dalam pertumbuhan perusahaan jangka panjang.

  1. Belajar mindset jangka panjang

Investasi saham juga ngajarin kamu soal kesabaran dan perencanaan keuangan jangka panjang. Nggak semua saham langsung naik dalam semalam. Tapi kalau kamu riset dengan baik dan disiplin, potensi pertumbuhannya bisa jadi tabungan masa depan yang menjanjikan.

  1. Bisa jadi passive income lewat dividen

Beberapa perusahaan rutin membagikan dividen setiap tahun. Ini artinya, kamu bisa dapat “bonus” tahunan dari saham yang kamu punya, tanpa harus jual. Kalau portofoliomu tumbuh, dividen ini bisa jadi salah satu sumber passive income.

Intinya, saham bukan cuma soal “untung cepat”, tapi juga tentang jadi bagian dari pertumbuhan ekonomi dan melatih kedewasaan finansial. Tapi sebelum mulai, penting banget buat belajar dulu dan pahami risikonya. Dan pastikan juga keuanganmu sudah cukup stabil untuk mulai investasi, ya!

Bagaimana Cara Mulai Investasi Saham untuk Pemula?

Tenang, kamu nggak harus jadi lulusan ekonomi atau kerja di bank dulu buat mulai investasi saham. Zaman sekarang, siapa pun bisa belajar dan mulai investasi, bahkan dari nol. Kuncinya adalah mau belajar, disiplin, dan tahu langkah awal yang tepat. Yuk, kita bahas satu per satu langkahnya!

  1. Siapkan Rekening Dana Nasabah (RDN)

Langkah pertama sebelum bisa beli saham adalah membuka akun di perusahaan sekuritas atau broker saham, seperti Ajaib, Bibit, IndoPremier, BNI Sekuritas, dan lainnya. Di sana, kamu akan diminta membuka Rekening Dana Nasabah (RDN).

RDN ini fungsinya seperti “rekening khusus” yang digunakan buat transaksi saham. Jadi, setiap kali kamu mau beli atau jual saham, uangnya akan masuk dan keluar dari RDN ini. Proses pendaftarannya juga gampang kok, bisa online dan biasanya hanya butuh KTP, NPWP (kalau ada), dan tanda tangan digital.

  1. Pelajari Dasar-Dasar Saham

Jangan langsung asal beli saham ya. Luangkan waktu buat belajar dasar-dasarnya dulu supaya kamu tahu apa yang sedang kamu beli. Beberapa hal penting yang perlu kamu pelajari antara lain:

  • Apa itu indeks saham, seperti IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), LQ45, atau IDX30.
  • Jenis saham berdasarkan kapitalisasi, misalnya saham blue chip (perusahaan besar dan stabil), second liner, hingga saham gorengan (berisiko tinggi).
  • Cara membaca laporan keuangan perusahaan, walau sederhana, ini penting buat lihat kinerja perusahaan yang sahamnya kamu incar.
  • Faktor yang memengaruhi naik-turunnya harga saham, seperti kinerja perusahaan, kondisi ekonomi global, suku bunga, sentimen pasar, dan lainnya.

Banyak sumber gratis buat belajar ini: YouTube, podcast finansial, blog edukasi, sampai fitur edukasi di aplikasi keuangan seperti FINETIKS. Jadi, nggak ada alasan buat nggak belajar dulu.

  1. Mulai dari Nominal Kecil

Nggak usah langsung investasi jutaan rupiah. Sebagai pemula, lebih baik mulai dari nominal kecil dulu, misalnya Rp100.000-500.000. Gunakan momen awal ini sebagai waktu belajar. Coba beli saham dari perusahaan yang kamu kenal, seperti sektor perbankan, telekomunikasi, atau barang konsumsi (consumer goods). Biasanya perusahaan besar ini lebih stabil dan punya risiko lebih rendah dibanding saham-saham yang fluktuasinya ekstrem.

  1. Gunakan Aplikasi untuk Pemantauan

Supaya kamu nggak ketinggalan informasi dan bisa lebih teratur, gunakan aplikasi yang bisa bantu kamu pantau pergerakan saham dan portofolio investasi. Aplikasi seperti ini biasanya punya fitur-fitur seperti:

  • Cek portofolio dan laporan keuntungan/rugi
  • Update harga saham secara real-time
  • Edukasi harian atau analisis pasar
  • Rekomendasi saham (disclaimer: tetap harus disaring sendiri, ya)
  1. Tentukan Tujuan Investasi

Saham bukan alat buat cepat kaya. Kamu perlu punya tujuan keuangan yang jelas, supaya investasi kamu lebih terarah dan kamu nggak gampang panik kalau harga saham turun. Beberapa contoh tujuan investasi yang bisa kamu pertimbangkan:

  • Dana pendidikan anak atau diri sendiri dalam 5-10 tahun ke depan
  • Tabungan pensiun jangka panjang
  • DP rumah yang ingin kamu beli dalam waktu 7-10 tahun
  • Dana liburan besar, misalnya ke luar negeri

Dengan punya tujuan, kamu jadi lebih sabar dan nggak tergoda jual saham buru-buru. Kamu akan lebih siap menghadapi fluktuasi pasar karena tahu tujuanmu masih jauh di depan.

Risiko Investasi Saham yang Perlu Diketahui

Investasi saham bukan tanpa risiko. Sebelum nyemplung, kamu wajib tahu risikonya:

  1. Harga Bisa Turun Drastis. Kalau kamu beli saham saat harga tinggi, lalu ternyata turun, kamu bisa rugi. Makanya penting untuk analisis dulu sebelum beli.
  2. Tidak Ada Jaminan Dividen. Kalau perusahaan lagi nggak untung atau memilih ekspansi, bisa saja mereka nggak kasih dividen meskipun kamu sudah jadi pemegang saham.
  3. Risiko Emosional. Naik-turunnya harga bisa bikin kamu panik. Ini sering bikin investor pemula cepat jual rugi. Kuncinya: sabar, tenang, dan belajar terus.

Investasi saham itu nggak serumit yang dibayangkan, asal kamu mau belajar dan mulai dari langkah kecil. Jangan tergoda cuan instan. Fokus dulu ke ilmunya, kelola risiko, dan konsisten. Ingat, investasi itu maraton, bukan sprint.

Dan supaya makin gampang kelola keuangan dan investasi, kamu bisa pakai aplikasi seperti FINETIKS. Kamu bisa budgeting, pantau keuangan dan investasi kamu dari satu tempat. Download aplikasinya GRATIS di App Store dan Google Play sekarang!

Finetiks blog mascot
Need help to stay in control of your expenses? Let's check out our free financial planning app, FINETIKS. Discover the best way to track all your expenses and savings in one place!

Subscribe to the FINETIKS newsletter now and receive notifications for every new financial inspiration!
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.

Trending Articles