BI Rate

BI Rate: Strategi Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Moneter

Karin Hidayat
Karin Hidayat
March 22, 2025
BI Rate: Strategi Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Moneter

Dalam dunia ekonomi, kebijakan moneter memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas keuangan suatu negara, salah satunya melalui penetapan suku bunga acuan oleh bank sentral. Di Indonesia, BI Rate adalah instrumen kebijakan yang digunakan oleh Bank Indonesia (BI) untuk mengatur jumlah uang beredar, mengendalikan inflasi, serta memengaruhi suku bunga perbankan. 

Apa Itu BI Rate?

BI Rate adalah suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai instrumen kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Suku bunga ini menjadi referensi bagi perbankan dalam menentukan suku bunga kredit dan deposito, sehingga memengaruhi aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

Namun, sejak 19 Agustus 2016, BI telah menggantikan BI Rate dengan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) sebagai suku bunga kebijakan utama. Pergantian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter agar lebih cepat berpengaruh terhadap pasar keuangan dan sektor riil.

Meski istilah BI Rate masih sering digunakan dalam pembahasan ekonomi, saat ini kebijakan moneter lebih banyak mengacu pada BI-7DRR sebagai suku bunga acuan yang lebih fleksibel dan efektif dalam menstabilkan perekonomian.

BI Rate

Perbedaan BI Rate dan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR)

Sebelum tahun 2016, BI Rate digunakan sebagai suku bunga acuan utama yang menjadi referensi bagi perbankan dalam menetapkan suku bunga pinjaman dan simpanan. Namun, efektivitas BI Rate dalam memengaruhi kebijakan moneter dianggap kurang optimal karena transmisi ke sektor keuangan berjalan lambat.

Untuk meningkatkan efektivitas kebijakan, BI mengganti BI Rate dengan BI-7DRR, yaitu suku bunga transaksi Bank Indonesia dengan perbankan melalui mekanisme repo (repurchase agreement) selama 7 hari.

Meskipun BI Rate dan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) sama-sama merupakan instrumen kebijakan moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia, terdapat beberapa perbedaan utama dalam mekanisme dan efektivitasnya.

Pertama, dari segi fungsi, BI Rate digunakan sebagai suku bunga acuan utama sebelum tahun 2016, sedangkan BI-7DRR mulai diterapkan sejak Agustus 2016 untuk menggantikan BI Rate. Pergantian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter ke sektor keuangan dan perekonomian secara lebih cepat.

Kedua, dalam hal mekanisme, BI Rate hanya menjadi patokan bagi perbankan dalam menentukan suku bunga kredit dan simpanan, tetapi tidak digunakan secara langsung dalam transaksi pasar uang. Sementara itu, BI-7DRR diterapkan dalam transaksi repo (repurchase agreement) antara Bank Indonesia dan perbankan, di mana bank dapat menjual surat berharga ke BI dengan janji untuk membelinya kembali dalam waktu tujuh hari.

Ketiga, dari segi efektivitas, BI Rate dianggap kurang optimal karena dampaknya terhadap pergerakan suku bunga di sektor perbankan membutuhkan waktu lebih lama. Sebaliknya, BI-7DRR lebih efektif dalam mengendalikan likuiditas karena bank-bank langsung bertransaksi dengan BI menggunakan mekanisme pasar uang, sehingga perubahan suku bunga dapat lebih cepat dirasakan dalam sistem keuangan.

Mengapa BI Rate Penting bagi Perekonomian?

BI Rate memiliki peran sentral dalam perekonomian karena menjadi salah satu alat utama bagi Bank Indonesia untuk mengendalikan stabilitas keuangan negara. Berikut beberapa alasan mengapa BI Rate penting:

  1. Sebagai Instrumen Pengendalian Inflasi
    • Jika inflasi tinggi, BI bisa menaikkan BI Rate agar masyarakat lebih memilih menabung dibandingkan membelanjakan uangnya, sehingga permintaan menurun dan inflasi terkendali.
    • Jika inflasi rendah atau ekonomi lesu, BI bisa menurunkan BI Rate agar suku bunga kredit turun dan masyarakat terdorong untuk berinvestasi dan meningkatkan konsumsi.
  2. Menjaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah
    • Perubahan BI Rate berdampak pada minat investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia.
    • Jika BI Rate naik, suku bunga deposito dan obligasi lebih menarik bagi investor asing, sehingga meningkatkan permintaan rupiah dan memperkuat nilai tukarnya.
    • Jika BI Rate turun, investor asing mungkin menarik dana mereka, yang bisa melemahkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
  3. Memengaruhi Suku Bunga Kredit dan Simpanan
    • Ketika BI Rate naik, bank akan menaikkan suku bunga pinjaman, membuat biaya kredit lebih mahal dan menurunkan minat masyarakat untuk berutang.
    • Sebaliknya, jika BI Rate turun, suku bunga pinjaman ikut turun sehingga lebih banyak orang dan perusahaan yang mengajukan kredit, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
  4. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
    • Dalam kondisi ekonomi yang melemah, BI dapat menurunkan suku bunga acuan agar pinjaman lebih murah, sehingga pelaku usaha terdorong untuk berinvestasi dan melakukan ekspansi bisnis.
    • Suku bunga rendah juga membuat daya beli masyarakat meningkat, yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi.

Bagaimana BI Rate Ditetapkan?

BI Rate atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dilakukan setiap bulan. Keputusan ini diambil berdasarkan berbagai faktor ekonomi, baik domestik maupun global.

Beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan BI Rate:

  1. Laju Inflasi. Jika inflasi tinggi, BI cenderung menaikkan BI Rate untuk mengurangi peredaran uang di masyarakat.
  2. Kondisi Nilai Tukar Rupiah. Jika rupiah melemah drastis, BI bisa menaikkan suku bunga untuk menarik investor asing dan menstabilkan kurs.
  3. Pertumbuhan Ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi melambat, BI dapat menurunkan suku bunga untuk mendorong investasi dan konsumsi.
  4. Kondisi Ekonomi Global. Faktor seperti kebijakan suku bunga bank sentral AS (The Fed), harga komoditas dunia, dan krisis ekonomi global juga memengaruhi keputusan BI dalam menetapkan suku bunga.

Setelah diputuskan, hasil RDG diumumkan secara terbuka melalui konferensi pers dan publikasi resmi di situs Bank Indonesia.

Dalam dunia bisnis, setiap aktivitas keuangan harus didukung dengan bukti transaksi agar dapat dipertanggungjawabkan. Pelajari selengkapnya di sini: Bukti Transaksi: Kenali Jenis dan Fungsinya agar Bisnis Makin Lancar

Dampak Perubahan BI Rate terhadap Perekonomian

Perubahan BI Rate memiliki dampak yang luas terhadap berbagai aspek perekonomian, termasuk sektor perbankan, investasi, konsumsi, dan nilai tukar. Berikut adalah penjelasan lebih rinci:

1. Dampak terhadap Sektor Perbankan

  • BI Rate naik: Bank akan menaikkan suku bunga pinjaman dan simpanan, sehingga masyarakat lebih tertarik menabung dibandingkan meminjam uang.
  • BI Rate turun: Suku bunga pinjaman menjadi lebih rendah, memudahkan masyarakat dan pelaku usaha untuk mengajukan kredit.

2. Dampak terhadap Investasi

  • BI Rate tinggi: Biaya pinjaman lebih mahal, sehingga perusahaan cenderung menunda investasi besar.
  • BI Rate rendah: Biaya pinjaman lebih murah, mendorong perusahaan untuk melakukan ekspansi dan investasi baru.

3. Dampak terhadap Konsumsi Masyarakat

  • Jika BI Rate naik, suku bunga kredit konsumsi seperti KPR dan kredit kendaraan meningkat, sehingga masyarakat mengurangi belanja.
  • Jika BI Rate turun, cicilan kredit lebih ringan, meningkatkan daya beli masyarakat.

4. Dampak terhadap Nilai Tukar Rupiah

  • BI Rate naik: Investor asing tertarik menanamkan modal di Indonesia, meningkatkan permintaan rupiah dan memperkuat nilai tukarnya.
  • BI Rate turun: Investor asing mungkin menarik dana mereka, melemahkan rupiah terhadap dolar AS dan mata uang lainnya.

5. Dampak terhadap Inflasi

  • BI Rate naik: Permintaan barang dan jasa menurun, sehingga inflasi dapat dikendalikan.
  • BI Rate turun: Permintaan meningkat, yang dapat mendorong kenaikan inflasi jika tidak diimbangi dengan peningkatan produksi.

BI Rate adalah suku bunga acuan yang sebelumnya digunakan oleh Bank Indonesia dalam kebijakan moneter, sebelum akhirnya digantikan oleh BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) pada 2016 untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan ke sektor keuangan dan ekonomi riil.

Meski demikian, konsep dan peran BI Rate tetap relevan dalam memahami bagaimana kebijakan moneter berfungsi untuk mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas rupiah, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan memahami mekanisme dan dampak BI Rate, masyarakat, pelaku usaha, dan investor dapat mengambil keputusan finansial yang lebih bijak dalam menghadapi perubahan ekonomi.

Jangan lupa untuk terus gunakan aplikasi kelola keuangan FINETIKS, tersedia di Google Play dan App Store, Anda bisa download sekarang secara GRATIS! Yuk, pantau terus perkembangan keuangan Anda.
Finetiks blog mascot
Butuh bantuan untuk tetap mengontrol pengeluaran Anda? Yuk, periksa aplikasi perencana keuangan gratis kami, FINETIKS. Temukan cara terbaik untuk melacak semua pengeluaran dan tabungan Anda di satu tempat saja!

Langganan newsletter FINETIKS sekarang dan dapatkan notifikasi untuk setiap inspirasi baru tentang keuangan!
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.

Artikel Terkini